PEMUDA KAYA William Home menatap jauh dari Jendela rumahnya. Tatapannya tajam dan sangat fokus terhadap sesosok anak kecil di Dermaga. Putra George Home pemilik Dermaga PT. Home itu pun bergegas mencari tau tentang anak itu. Dengan memegang sebauh pena dan secarik kertas, pemuda berusia 24 tahun itu berjalan menuju arah ujung Dermaga.
Dikejauhan Duku berbicara dengan suasana hatinya yang masih bingung. ''Tidak berlaku''? Sambil melihat uang recehan ditangannya. ''Hanya singkong goreng'' sambil memegang dan menatap benda itu penuh rasa heran bercampur dengan rasa sedih walau singkong goreng itu mungkin rasanya enak.
''Ini enak,'' orang asing yang dianggap gila itu mulai menyantap singkong goreng yg ia beli barusan. ''Aku sama sekali tak mengerti kenapa harganya sangat jauh berbeda dari kemaren!''
seperti yg telah ia perkirakan, ia berada diwaktu dan tempat yg berbeda, bahkan ia berfikir tlah berada di dunia yg berbeda.
Tiba-tiba Seseorang bicara, dekat dan mengagetkan. "Hey" Dengan bersitumpu pada lutut dan tangannya, Duku perlahan memalingkan kepalanya ke arah suara itu. Hanya beberapa meter dari tempatnya berada, seorang pemuda tak dikenal menghampirinya. Pemuda itu sangat rapi, kemeja putih lengan dan jeans biru, dengan sepatu kulit berwarna cokelat dan jam tangan bertali kulit di lengannya. "Kamu sebenarnya darimana?" William melontarkan pertanyaan yang padat dan berisi. "Aku dari Desa Kayu Panjang" Duku menjawab.
"Desa Kayu Panjang itu sudah tidak ada. Desa itu sudah melebur menjadi Kelurahan Tanah Seberang" William menegaskan.
"Kau bohong." Anak 14 tahun itu sambil menunjuk ke arah selatan. "Pelantikan Kepala Desanya saja baru seminggu kemarin!".
"Bapak Suparman dilantik setelah pemilihan kepala desa yang diikuti 3 orang perserta." Duku menatap tajam ke arah William. "Jangan kau berpikir aku ini gila seperti halnya orang tua sombong itu berkata."
"Kau tidak gila, tapi pelantikan Bapak Suparman itu sudah terjadi 20 tahun yang lalu." William berusaha menenangkan Duku. "Dan beliau sudah meninggal setahun yang lalu, akibat sakit jantung yang dideritanya."
"Apa?" Duku terkejut. Pikirannya semakin kusut.
"Benar, beliau sudah meninggal, Seluruh Warga kelurahan pun ikut berduka." kemudian William bertanya serius pada Duku. "Jadi kamu berasal dari Tahun 1995?
"Apa maksudmu?" Duku terkejut. "Apa ini bukan 1995?"
"Bukan, ini 2015." William kembali menjelaskan. "tahun dimana sikap sosial turun drastis, dan uanglah yang jadi segalanya, walaupun nilai uang ditahun ini lebih rendah 10 kali lipat dari 1995."
"Pantasan saja uangku tak berlaku, membeli singkong goreng pun tak bisa" Duku menjawab
"Ayo kita kerumah ku saja, kamu bisa tinggal beberapa waktu disana" William mengajak Duku tinggal dirumahnya.
"Baiklah kalau itu maumu, lagipula singkong goreng ku ini tak cukup untuk melengkapi kebutuhan perutku, haha."
Mereke berdua pun berjalan menuju rumah William.
Akankah disana Duku akan menjelaskan keadaannya dia sebenarnya.
Bersambung